aku benci hari ibu.
Aku suka tiba tiba pengen nulis di tengah
tengah aktivitas. Suka yang artinya sangat sering kali terjadi. Lagi di
kelas, lagi kumpul sama temen-temen, lagi di kamar mandi buat BAB, dan paling
sering pas lagi naik motor. Oh iya! bahkan,di tengah aku nonton serial drama
korea seperti saat ini.
Tiba- tiba aku dapet ilham, inspirasi, ide, gejolak,
sensasi dan semangat buat merangkai sebuah tulisan. Bisa di awali dari tingkah laku seorang teman di hadapanku, atau
sekedar suatu hal yang sekilas lewat di pikiranku. Atau gara – gara soundtrack
pengiring adegan dalam drama yang mengusikku. Atau yang paling sering terjadi adalah
pemahaman tentang suatu kejadian yang aku alami tiba – tiba muncul ke otak lalu meresap tubuh dan lubuk hatiku. Dan dalam sekejap datang membawa
banyak sekali pikiran. Dalam keadaan ini, dengan mudahnya kalimat demi
kalimat terbentuk. Semua perasaan tertuangkan. Aku bisa dengan mudah nyerocos bebas mengeluarkan banyak hal yang terpendam.
Sayangnya,
yang sering juga terjadi. Setelah aku dengan seribu niatan duduk berhadapan
dengan benda logam 14 inci. Berusaha untuk
menjadikan kalimat yang tadi berenang – renang manja di pikiran menjadi kalimat-
kalimat nyata. DOR! Semuanya mendadak kabur. Blank. Hilang. Bikin aku gemes dan
sebel sendiri. Hei, kalian kalian tadi
yang sempurna menari – nari cantik di pikiranku kemana? Boro –
boro kalimat,satu kata pembuka aja sulit saya temukan kembali. Kalimat kalimat yang
tadi masih dalam bentuk imajinasi, yang
ngambang – ngambang di otakku , yang kayaknya bakal gampang keluar kayak
upil. Ternyata kudu ada usaha keras buat
mendoromngnya menjadi kalimat yang bisa di baca orang lain. Karena yang masih
abstrak dalam pikiran gak bakal bisa di baca sama orang lain. Cuman aku satu –
satunya yang bisa baca. Yang artinya,akan sangat tidak berguna kalo cuman jadi
bentuk baying – bayang palsu. Sulit, sekedar mendorong diri melahirkan huruf huruf
menjadi sebuah kalimat. Rasanya kayak mendorong seorang anak terlahir ke dunia.
Kalau melahirkan sebuah tulisan aja sesulit ini. Gimana sulitnya melahirkan seorang anak?
Kelahiran.
Anak.
Ada hidup
dan mati yang di perjuangkan seorang ibu dalam setiap detik prosesnya.
Jumat, 22
desember 2017.
“Selamat hari ibu.”
Aku memutuskan
mengucapkannya lirih – lirih di antara tidur pulasmu,Bu. Takut sekali menggangu istirahat dari lelah mu bekerja keras sejak pagi buta. Yang aku tahu, ibu ku terlalu sibuk bahkan untuk tahu ini adalah hari ibu. Mungkin ibu tahu, dari teman teman grup whatsappnya yang pasti sudah sejak kemaren heboh mengirimkan broadcast ribuan ucapan hari ibu. Teman - teman ibu yang selalu punya waktu untuk ber haha hihi di media sosial. Selalu punya waktu buat merayakan hari hari spesial yang tertera dalam kalender. Selalu punya waktu untuk bercakap mesra dengan anak - anaknya. Waktu yang belom pernah di miliki ibu selama ini. Waktu yang selalu tergantikan dengan ribuan jam menyiksa di tengah pekerjaan.
Ibuku tahu hari ini. Tahu hari ini adalah hari ibu.
Dan ibuku tetap, bekerja keras seperti hari - hari biasanya. Tak berhenti walau satu detikpun sekedar menyadari ini hari ibu lalu berharap anaknya membawa bingkisan hadiah untuknya. Aku tahu ibuku sama sekali tidak akan berpikiran seperti itu.
Yang ibu pikirkan setiap saat adalah kebahagiaan anaknya sekarang dan di masa depan. Selama kami anak - anaknya bisa hidup layak , ibu akan memberikan seluruh waktunya untuk itu. Tak masalah kalau dalam satu tahun tidak ada hari ibu sekalipun.
Ibu tidak peduli.
aku benci hari ibu.
karena di antara jutaan ibu lainya, ada ibuku yang tidak bisa merasakan indahnya. Dan akulah penyebabnya.
Komentar
Posting Komentar